Selasa, 18 Januari 2011

K.O.S.O.N.G

Masih 'ini'. Sebelum otak, hati dan tubuhku bisa menjalin teman dengan 'ini', tulisan blogku mungkin akan terus berisi tulisan yang hanya bisa ku nikmati sendiri.
Karena, ya memang disini aku bisa mengeluarkan semua. Jujur saja, aku malu jika terus-terusan mengeluh pada teman-teman. Mereka pasti setia mendengarkan keluhanku, aku tahu itu. Tapi aku pun sadar, pasti ada titik jenuh dimana mereka ingin mendengar aku mengeluh tentang hal lain. Selain 'ini'.
Karenanya aku memilih disini, mencurahkan segala sesuatu yang membuat migren kepalaku beberapa hari terakhir ini. Seberapa bosannya website blog menampung tulisanku tentang 'ini', aku tahu ia akan tetap diam.

Untuk semua orang yang tidak mendapat jawaban atas pertanyaan 'kenapa', sekarang aku akan menjawab. Disini.
Kali ini bukan hanya tentang dia. Tapi juga tentang diriku. Ada yang salah denganku.
Aku mudah sakit hati dengan sikap seseorang, aku memikirkan sesuatu secara berlebihan, aku menanam benci pada orang-orang yang bahkan tidak pernah berbuat salah padaku, tiba-tiba aku menjadi orang yang pendiam seperti orang yang tak tahu harus mengerjakan apa dan aku kehilangan pijakanku. Beberapa bulan kebelakang, ini belum terjadi. Mungkin sudah, beberapa. Tapi tidak seburuk ini.
Parah, aku bahkan tidak bisa sebebas diriku dulu, setiap kali kurasakan kehadirannya disekitarku. Aku bisa saja tiba-tiba berhenti tertawa, dan berubah seperti perempuan murung yang tidak makan selama berbulan-bulan. Ini sudah keterlaluan.

Dua hari belakangan ini, semangatku untuk mengangkat kaki keluar pintu rumah untuk pergi kesekolah kurasa sedikit meningkat.
Ya, aku baik-baik saja. Sampai aku melihat dia.
Aku baik-baik saja, jika tidak ada dia disekitarku.
Aku baik-baik saja, jika mataku tidak melongo melihat tingkahnya yang konyol dan senyumnya yang lebar itu.
Aku baik-baik saja, asalkan aku tidak tahu apa yang dia kerjakan atau apapun itu tentangnya.

Aku kira keadaan seperti ini hanya akan berlangsung beberapa minggu saja sampai dia tahu sikap apa yang akan dia tunjukan padaku.
Tapi aku salah. Ini sudah sebulan, bahkan lebih. Tidak terasa sudah selama ini. Aku merasa seperti kuman, kecil tidak terlihat ketika dia bisa saja mengajak teman-temanku yang lain bercanda dan tertawa, tapi aku tidak. Bukannya aku tidak berusaha untuk menjadi biasa, pernah aku bertanya dan hanya mendapat jawaban anggukan kepala yang sama sekali tidak seperti anggukan tulus di mataku.
Miris, ingin sekali aku menertawai kekonyolan nya, bukan sekedar tertawa saja, tapi aku ingin jadi bagian dari kekonyolan itu. Seperti dulu . . .

Kadang, ketika aku ingat akan hal yang kuucapkan sebelum semua terjadi, aku merasa menjadi orang yang paling sembrono didunia ini.
Sombong sekali diriku saat itu. Dan kadang aku tersenyum, sembari berdialog, "Tolol juga kamu, Nad!"

Belum ada yang bisa kembalikanku.
Sedikit saja sapaan " Hai .. " atau sekedar senyuman,
aku pastikan itu akan mengembalikanku.
Aku akan baik-baik saja, sampai dia berhenti memperlakukan kehadiranku seperti nol besar.















Kosong. Aku benar-benar ingin tertidur.
Musim dingin ini terlalu beku.
Aku rindu matahari.

Selasa, 11 Januari 2011

Aku tidak mau kalah . . .

Taken from Anaist Astarte's note (Hanya sedikit perubahan judul ;p)

Wahai angin malam . . sampaikan padanya bahwa aku masih disini.
Masih bahagia karenanya.
Masih bahagia untuknya.
Buatlah ia mengerti bahwa air mata yang ia lihat tidak selalu air mata kecewa.
Sering pula air mata bahagia.
Sampaikanlah aku masih ingin jadi kekuatannya.
Jadi yang terbaik untuknya.
Sampaikan padanya aku 'tak mau selalu jadi lelahnya.
Yakinkan ia bahwa hatiku memang rapuh, namun bisa jadi seteguh berlian dalam waktu yang bersamaan.
Bilang padanya, 'tak perlu selalu merasa bersalah. Karena obat lukaku adalah dirinya.
Bisikan harapku, bawakan tenangnya, bawa pergi lelahnya.
Aku ingin ia seperti dulu. Aku ingin jadi lebih baik untuknya. .




Aku tidak mau kalah
Aku sayang dia